Selasa, 05 Agustus 2008

Teknologi Informasi Untuk Kaum Gender


Teknologi baru yang digunakan dalam bidang informasi dan komunikasi, terutama Internet telah membawa dunia masuk ke era baru. Ada pandangan utama yang mengatakan bahwa teknologi seperti itu tidak memiliki keterlibatan secara sosial, hanya secara teknis saja. Perubahan positif yang disebabkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini, yang notabene berdampak secara dramatis, tidak menyentuh umat manusia keseluruhan. Hubungan-hubungan kekuasaan yang telah ada dalam masyarakat menentukan tingkat penggunaaan dan pengambilan keuntungan dari (TIK), karenanya teknologi ini tidak bersifat netral secara gender. Pertanyaan penting : siapa yang mengambil keuntungan dari TIK? Siapa yang mendikte keberadaaan dari TIK? Apakah mungkin keberadaan TIK dijumpai sehari-hari supaya dapat melayani tujuan yang lebih luas dari persamaan dan keadilan? Fokus dari hal ini adalah isu gender dan persamaan hak wanita untuk mengakses, menggunakan dan membentuk TIK.
Akses untuk TIK yang baru masih merupakan kenyataan yang jauh bagi sebagian besar orang. Negara-negara bagian selatan, khususnya di daerah pedesaan, secara nyata tertinggal jauh dari revolusi informasi, ditandai dengan tidak adanya infrastuktur dasar, biaya yang tinggi untuk pengadaan TIK, ketidaktahuan mengenai TIK, dominasi dari bahasa Inggris dalam isi Internet, kurangnya demonstrasi keuntungan TIK untuk menjawab tantangan pembangunan level bawah. Penghalang-penghalang ini bahkan menjadi masalah yang lebih besar bagi kaum wanita, yang secara umum: buta huruf, tidak mengerti bahasa Inggris dan kurangnya kesempatan untuk mendapat pelatihan keterampilan komputer. Tanggung jawab domestik, pembatasan budaya untuk perpindahan, kurang kuatnya kekuatan ekonomi sejalan dengan kurangnya relevansi kepuasan dalam hidup mereka, lebih jauh membuat mereka termarginalisasi dari sektor informasi.
Bidang TIK ditandai dengan kontrol strategis yang dilakukan oleh perusahaan kuat dan oleh negara-negara kuat. Monopoli yang dibangun berdasarkan rezim kepemilikan intelektual, bertambahnya pengawasan Internet dan pengurangan keberadaan isi demokratisnya dan ekploitasi kaum lemah yang dilakukan imperialisme kapitalis, rasisme dan perbedaan gender (sexism). Dalam bidang TIK, wanita relatif memiliki kepemilikan dan pengaruh dalam proses pengambilan keputusan, karena tidak terwakilkan dalam sektor privat dan pemerintahan yang mengontrol bidang ini.
TIK telah membawa keuntungan kepegawaian termasuk bagi wanita. Akan tetapi pemisahan gender yang direproduksi dalam ekonomi informasi di mana pria memegang mayoritas kaum yang memiliki keterampilan tinggi, menguasai pekerjaan yang bernilai tambah, di mana wanita terkonsentrasi pada pekerjaan keterampilan rendah dan bernilai rendah. Pekerjaan di call centre mengabadikan pekerjaan wanita dan organisasi dalam sektor teknologi informasi , seperti sektor lainnya, menghargai prilaku yang dikatakan maskulin.
Beberapa organisasi dan kelompok masyarakat mengikutsertakan isu yang berkaitan dengan demokrasi di bidang TIK dari pembagian digital dan hak untuk berkomunikasi, sampai keragaman budaya dan hak kepemilikan intelektual. Pendukung persamaan gender telah didesak untuk memperhatikan dimensi gender masyarakat informasi: mengintegrasikan perspektif gender dalam kebijakan dan strategi nasional TIK, menyediakan isi yang relevan bagi wanita, mempromosikan partisipasi ekonomi kaum wanita dalam ekonomi informasi, dan membuat aturan untuk melawan pornografi wanita dan anak-anak yang ada di Internet. The World Summit in the Information Society / Pertemuan Puncak Masyarakat Informasi Dunia (WSIS) yang dilakukan di Genewa pada bulan Desember 2003, membawa berbagai pelaku dalam bidang TIK untuk memperhatikan tantangan dan kemungkinan TIK , meskipun dengan berbagai hasil dan pandangan.
TIK juga telah digunakan oleh kebanyakan sebagai alat untuk transformasi sosial dan persamaan gender. Sebagai contoh :
· E-Commerce (perdagangan yang dilakukan secara elektronik dengan bantuan Internet) merupakan langkah awal yang dicoba sekarang ini di berbagai tempat oleh NGO (Non Government Organization / Organisasi Non Pemerintah) untuk menghubungkan para wanita ahli secara langsung ke pasar global melalui Internet, dan juga mendukung aktivitas mereka dengan informasi produksi dan pasar
· Program e-governance / pemerintahan melalui media elektronik telah dicoba oleh beberapa pemerintah menggunakan TIK untuk membuat pelayanan pemerintahan dapat lebih luas dijangkau oleh warga masyarakat. Dalam beberapa kasus disertai dengan strategi eksplisit untuk memastikan bahwa pelayanan ini menjangkau kaum wanita dan lainnya yang menghadapi halangan untuk mengakses layanan pemerintahan.
· Para pendidik kesehatan telah menggunakan sarana radio untuk mengkomunikasikan informasi yang berhubungan dengan kesehatan seks dan reproduksi. Kemungkinan komunikasi melalui sarana Internet juga sedang digali.
· Berbagi informasi dan dialog melalui sarana email, newsletter dan catatan online antara wanita dari belahan Utara dan Selatan dan di antara para wanita di bagian Selatan itu sendiri telah memungkinkan kolaborasi dan pemfokusan usaha dalam skala global untuk mendorong agenda dari persamaan gender.
Aktivitas-aktivitas tersebut telah sangat efektif di mana hal itu dapat dilakukan di atas isu keterbatasan akses dan infrasruktur untuk memandang konteks sosial yang lebih besar dan hubungan kekuasaan yang lebih besar. Tingkat efektivitas dan keterjangkauan telah diperkaya dengan kombinasi teknologi lama seperti radio dengan teknologi baru seperti Internet.
Perubahan yang lebih jauh bagi persamaan gender dan pemberdayaan wanita di bidang TIK sangat perlu menjangkau di semua level – internasional, nasional dan program. Persamaan gender di bidang TIK tidak selalu berarti penggunaan TIK yang lebih luas di kalangan wanita. Persamaan itu lebih ke arah transformasi sistem TIK. Hal ini melibatkan :
· Pemerintahan yang membangun kebijakan TIK dengan perspektif gender yang kuat dan berkaitan dengan masyarakat sipil, gender dan ahli TIK.
· Forum internasional seperti WSIS digunakan untuk menantang dominasi utara dan dominasi perusahaan di bidang TIK.
· Strategi gender yang jelas dibangun melalui desain , implementasi dan evaluasi dari proyek dan program TIK
· Pengumpulan informasi dengan statistik sex-disagregasi dan indikator gender berkaitan dengan akses, isi dan penggunaan TIK dalam hal kepegawaian dan pendidikan.
· Pertimbangan isu gender dalam : kebijakan TIK/telekomunikasi, perwakilan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan telekomunikasi / TIK dan tingkat perbedaan dampak dari telekomunikasi / TIK antara pria dan wanita.

Tidak ada komentar: